web stats

Selasa, 20 Desember 2011

"Loyalitas atau Kebohongankah?"

Ketika pelaksanaan Ujian Nasional di depan mata, maka ketika itu juga semua Insan Pendidikan mulai kucar-kacir untuk menyukseskan ujian tersebut. Dimulai dari peserta ujian itu sendiri tentunya, sampai dengan tenaga pendidik dan kependidikan, mengupayakan segala kemampuan. Seolah-olah ini adalah timbangan akhirat yang menentukan kelayakan surga atau neraka yang didapat sebagai imbalannya. Ketika ini juga dituntut loyalitas atau kebohongankah yang harus diperbuat?

Ujian Nasional menjadi  momok menakutkan bagi kebanyakan orang yang terlibat dalam dunia pendidikan. Mulai dari para birokrat, kepala sekolah, siswa, orang tua siswa, bahkan mulai menyusup ke persendian idealisme guru pada umumnya. Dengan posisi yang tidak diuntungkan, dan tekanan dari pimpinan bahkan intimidasi, guru dengan keterbatasannya mulai merebahkan idealismenya. Mereka seakan melupakan jati diri guru, yaitu digugu dan ditiru.

Guru cenderung melakukan apa kata pimpinan, apalagi saat detik-detik Ujian Nasional tiba. Guru hanyalah prajurit pada lembaga yang bernama sekolah. Ketika komandan memerintahkan agar ‘mengamankan’ hasil Ujian Nasional, banyak guru yang pasrah dan tidak berdaya, sehingga harus mengikuti kemauan sang komandan meskipun dengan berat hati.

Add caption
Di situasi seperti ini, si guru dengan mata berkaca-kaca berusaha mempertahankan idealismenya, melindungi benteng kejujuran yang dibangunnya selama tiga tahun. Sekejap, benteng tersebut akan dihancurkan dengan mudah, dengan alasan menyukseskan titik akhir sebuah pembelajaran. Di akhir tulisan ini saya masih belum bisa membedakan antara loyalitas dan kebohongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar