web stats

Senin, 12 Desember 2011

Kepada Engku Malin (Cerita Kampung dari Rantau)

Aku ingin kembali pada derit pintu
Ingin mengulang kembali Ritual Mengaji di Surau Tua bersama Engku Malin
Ingin mendengar sendunya kumandangan azan di puncak tertinggi menara
Ingin kembali melihat fasihnya lidah Engku Malin  mengurai Tambo Rumah Bagonjong di beranda surau setelah senja lelah menari di ujung awan
Mengurai hakikat, syariat, serta ma’rifat sesudah Isya berjama’ah
Mengeja  Sifat Dua Puluh, dan Ayat nan Tujuh menjelang Subuh
Mengaji  hukum fardhu, sunat, haral dan haram serta mufakad setiap Jum’at
Ku sertakan jua inginku yang diburu rindu pada kampung yang menyeru
Di Tanah Perantauan aku seperti terperangkap dalam labirin berdebu tak berujung
Lalu, pituah Engku Malin seolah ditelan ombak peradaban
Seperti dahan yang meranggas karena daunnya yang menguning ditiup angin
Terkadang seperti bocah yang 
terlalu  dini kenal dunia
tak tahu paut benar, juga tanda berhenti.
Meski terkadang,
sekali dan dua meratab iba, kemudian menggedor pintu langit
Tetapi esoknya, kembali seolah tak pernah terjadi apa-apa
Seperti jejak di Tanah Hitam dibilas hujan hilang tak berkesan
Seperti senja yang berlari meninggalkan siang
kemudian memasangkan pakaian kelam pada malam
Ku alamatkan rindu padamu Engku Malin
di bumi yang masih biru
dari kemenakanmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar